Penulis : Amatus.Rahakbauw.K
“Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”— Kejadian 12:3
Ini bukan sekadar puisi tua dari zaman kuno. Ini adalah kontrak abadi antara Tuhan dan umat-Nya, sebuah janji yang tidak pernah dibatalkan oleh waktu. Di dunia yang terus berubah, janji Tuhan tetap teguh – dan kasih-Nya terus bekerja bahkan ketika manusia lupa bahwa Ia masih memegang kendali sejarah.
Lihatlah dunia sekarang. Gelap, penuh kebencian, pertikaian, dan ketidakadilan. Banyak yang tidak sadar bahwa mereka sedang memusuhi rencana ilahi, baik secara pribadi, maupun sebagai bangsa. Mereka melangkah tanpa sadar bahwa ada garis api Tuhan yang tak boleh dilanggar.
“Karena engkau menaruh kebencian yang tak kunjung padam, dan menyerahkan umat-Ku kepada kekerasan… maka Aku akan menyerahkan engkau kepada darah.”
— Yehezkiel 35:5-6
Namun, ini bukan akhir dari cerita. Tuhan belum selesai. Dia masih bekerja. Sama seperti tangan-Nya dulu mengacaukan musuh-musuh Gidyon (Hakim-Hakim 7), begitu juga sekarang, tangan Tuhan bekerja dalam diam—mengatur, mengguncang, mengubahkan.
Rencana Allah tidak pernah gagal. Dan siapapun yang berdiri melawan kasih, keadilan, dan maksud-Nya, sesungguhnya sedang melawan kekuatan yang jauh lebih besar dari apa pun yang bisa dibayangkan manusia.
Tetapi ini bukan kisah tentang hukuman semata. Ini adalah kisah kasih dan panggilan untuk berubah. Tuhan mengundang siapa saja—dari agama apa pun, dari bangsa mana pun—untuk kembali kepada nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan kasih yang universal. Karena, melalui umat-Nya, melalui bangsa-bangsa yang mengasihi damai dan kebenaran, semua bangsa di bumi bisa diberkati.
“Hati raja seperti batang air di tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.”— Amsal 21:1
Tuhan masih bisa mengubah hati siapa pun. Bahkan para pemimpin. Bahkan orang yang paling keras. Yang Ia cari hanyalah hati yang mau dibentuk, umat yang mau berdiri sebagai jembatan kasih di tengah dunia yang terpecah.
Refleksi:
Di dunia yang mudah menghakimi dan cepat membenci, cerpen ini mengajak kita semua—baik yang percaya maupun yang berbeda keyakinan—untuk menjadi alat kasih, bukan alat kebencian. Karena Tuhan bukan hanya milik satu bangsa atau satu agama, tetapi sumber damai bagi semua manusia yang mengasihi kebenaran dan keadilan.
Penulis : Amatus.Rahakbauw.K